MENJADI DIRIKU

Selasa, 15 Desember 2009
Kita cenderung ingin diterima di lingkungan, wajar jika kemudian kita beradaptasi, mencoba melazimi komunitas, mencoba melakukan hal-hal yang komunitas sukai.
Tapi bagi saya, yang ternyaman tetaplah menjadi diri sendiri. Karena setiap orang berhak memperjuangkan idealisme, pendapat, pemikiran yang dia yakini (asal gak melanggar batas2 syar’i lho..). Tak harus sama dengan orang lain, tak harus mengikuti pendapat kebanyakan orang. Adaptasi adalah keniscayaan, setiap orang selalu berusaha menyesuaikan diri di tempat yang berbeda, tapi tak perlu sampai mengorbankan prinsip! Berbaur tak harus lebur…
Dengan menjadi diri sendiri, secara tak sadar kita menyeleksi, siapa sahabat sejati sebenarnya. Mereka orang-orang yang tetap bertahan membersamai kita meskipun tahu bahwa diri kita ternyata penuh noda dan karat, tak sebening saat berkenalan pertama kali, ketika hanya kebaikan-kebaikan saja yang kita tampakkan.

*******
Kita kadang mengagumi pribadi seseorang, adalah hal yang dimaklumi ketika kita ingin menjadi seperti mereka.
Tapi bagi saya, yang ternyaman tetaplah menjadi diri sendiri. Dengan itu, berarti kita mensyukuri kelebihan yang Allah berikan, jujur mengakui kekurangan diri sendiri, dan lapang menerima kelebihan yang Allah karuniakan kepada orang lain.
Bukan berarti tak boleh meneladani seseorang, tapi lakukan itu sesuai dengan kapasitas yang kita miliki, tak harus sampai merubah jati diri. Karena suatu saat, ada masanya kita akan jenuh bersandiwara, ada saatnya kita tidak sanggup lagi meniru, ada waktunya kita akan rindu bersikap “apa adanya” seperti diri kita yang dulu.

Tiap orang punya perannya sendiri-sendiri, karena Allah karuniakan kelebihan yang berbeda. Agar kita dapat belajar tentang arti sabar, syukur, menghargai, menolong, melengkapi, agar tak ada alasan untuk menyombongkan diri…
Ibarat pohon, dia tak dapat tumbuh tanpa akar, tak bisa kokoh tanpa batang, tak cukup kuat tanpa ranting, tak begitu berarti tanpa buah, dan tak akan meneduhkan tanpa daun. Setiap bagiannya berarti, saling melengkapi, saling menutupi kekurangan satu sama lain.

Daripada terus melihat ke atas dan tak pernah puas, kenapa tak mencoba untuk memaksimalkan apa yang kita miliki? Agar menjadi seperti apapun kita, setiap orang tetap dapat merasakan manfaatnya…

Kamar kos, 3 November 2009


Tulisan iseng pertama setelah sekian lama gak nulis…. meskipun gak jelas, gak nyambung, gak asyik, dan gak wokey (eh, qo malah nyela2 tulisan sendiri!? :p), tapi legaa….!! Se-nggaknya beberapa beban yang sempat ‘nemplok’ di otak bisa keluar juga… ^_^

"Jangan Marah....ayah..."

Sabtu, 03 Oktober 2009
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yangdibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampakjelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembanturumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristighfar. Mukanya merahpadam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan."

"Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata " DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa..

Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apamenagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan.

Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa...

Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu..

Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belahangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.

"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya.

Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Dita demam, Bu"...jawab pembantunyaringkas.

"Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
"Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut...
"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.

Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.

Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajahpembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?.... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Hikmahnya:
Pertama, KEMARAHAN adalah karena NAFSU dan ajakan SYAITHAN,PENYESALAN yang akan didapat kalau kita menurutinya. Maka janganlah sekali-kali mengambil keputusan dalam keadaan MARAH .Dan biasakan kita untuk MEMAAFKAN orang lain...Hal ini dalam apapun, termasuk dalam hubungan suami istri, pemerintahan, poliktik dan sebagainya.

Firman Allah..Surat Ali Imran:134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang MENAHAN AMARAHNYA dan MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Yang kedua, janganlah terlalu MENCINTAI HARTA secara berlebihan,hal ini akan MEMBUTAKAN HATIi..."JADIKANLAH HARTA ITU DI DALAM GENGGAMAN TANGANMU, BUKAN DI DALAM HATIMU

Lamaranmu Kutolak!!

Rabu, 23 September 2009
sebuah cerita diantara seorang ikhwan dan akhwat. semoga menghibur. sebelumya syukron jazakillah buat budat yang udah nge-tag note ini, dan buat mb Mari yang udah nge-tag note ini ke budat, jadi saya bisa ikutan di tag sama budat.. halah.. kepanjangan.. hehe .^^

oke... and the story goes...:

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta'aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan. Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.

Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut' sang perempuan muda, dari sisinya.

"Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya. "Iya, Pak," jawab sang muda.

"Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
"Ya Pak, sangat mengenalnya, " jawab sang muda, mencoba meyakinkan. "Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!" balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu."
"Lamaranmu kutolak. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."

"Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya.
"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus," jawab sang muda, percaya diri. "Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?"

"Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."
"Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok
mau ngatur keluargamu?"

Sang perempuan membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho."
"Kamu lulusan mana?"
"Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?"
"Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak."
"Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik
anak-anakmu kelak?"

Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja lho."
"Jadi kamu sudah bekerja?"
"Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu."
"Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku."
"Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?"

Bisikan kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."
"Rencananya maharmu apa?"
"Seperangkat alat shalat Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf."
"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan
uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."

Bisikan, "Dia jago IT lho Pak"
"Kamu bisa apa itu, internet?"
"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net."
"Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."
"Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak."
"Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter,Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu."

Bisikan, "Tapi Ayah..."
"Kamu kesini tadi naik apa?"
"Mobil Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."
"Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir"
"Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?"

Bisikan, "Ayahh.."
"Kamu merasa ganteng ya?"
"Nggak Pak. Biasa saja kok"
"Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini."
"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!"

Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
"Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?"
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, "Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula."
Sang setengah baya tersenyum, "Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih." Mata sang muda ikut berkaca-kaca.



Ini harus happy ending, bukan? hehe

^^ ^^ ^^ ^^ ^^ ^^ ^^ ^^ ^^ ^^ ^^







Regards,
Muhammad Fikri Isnaini
IT-Operation
Agranet Multicitra Siberkom (detikcom)
http://bangfikri. co.nr
>> Y! : bangfikri@.. .

Kabel dan Cahaya Lampu

Rabu, 09 September 2009
"SAYANG, ayo kita shalat. Tuh dengar adzan telah berbunyi," ujar seorang ibu kepada anaknya yang tengah asyik nonton televisi.
"Sebentar lagi dong, ini lagi seru-serunya," jawab sang anak.
Ibu itu kemudian mendekat, "Sayang, tidak baik menunda-nunda shalat. Ini kan haknya Allah. Ayo matikan tivinya!"
"Iya deh," jawab sang anak sambil beranjak dari tempat duduk. Ia terlihat sangat kecewa karena harus meninggalkan televisi.
Selama di kamar mandi, si anak terus menggerutu. "Ah.. Ibu, tiap hari menggangu saja. Lagi enak-enaknya nonton disuruh shalat. Lagi seneng-senengnya main disuruh shalat. Lagi nyeyak tidur disuruh shalat. Harus baca Al-Qur'an lah. Harus ikut pengajian lah. Harus ini. Harus itu! Bikin pusiiiing.
* * *
SELEPAS shalat berjamaah, anak itu bertanya dengan nada protes. "Bu, kenapa sih kita harus shalat, harus puasa, harus baca Al-Qur'an, dan harus belajar? Bukankah itu mengganggu kesenangan kita? Lagi pula, menurut saya, semua itu tidak ada gunanya, tidak mendatangkan hasil."
Si Ibu sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia pun terdiam beberapa saat. Ada sedikit kemarahan yang muncul dalam hatinya. Tapi ia segera sadar bahwa yang bertanya adalah anak kecil, yang belum tahu apa-apa selain main dan bersenang-senang.
Sang Ibu beranjak mengambil sebuah lampu yang menempel di dinding kamar anaknya. Sesaat kemudian ia berkata, "Anakku sayang, kamu lihat lampu ini. Ia begitu indah. Bentuknya lonjong dengan dindingnya terbuat dari kaca yang bening. Tiap malam engkau bisa belajar, mengerjakan PR, dan nonton televisi, salah satu sebabnya karena diterangi lampu ini."
"Sayang, tahukah kamu mengapa lampu ini bisa menyala?" lanjut si Ibu.
"Ya, karena ada energi listrik yang berubah jadi cahaya," jawab sang anak.
"Benar sekali jawabanmu. Lalu apa yang menyambungkan lampu ini dengan sumber listrik tadi?" tanya si ibu lebih lanjut.
Sang anak pun menjawab dengan pasti, "Yang menyambungkan lampu dan sumber listrik adalah kabel."
"Pintar sekali kamu," timpal si Ibu memuji.
"Nah, sekarang kamu pasti tahu, bila tidak ada kabel pasti lampu ini tidak akan nyala dan kamar ini pasti gelap. Bila demikian, ia tidak akan ada manfaatnya lagi, dan kamu tidak bisa belajar dan nonton tivi."
Sang Anak belum paham mengapa ibunya menceritakan lampu itu kepadanya. "Apa maksud Ibu?" tanyanya kemudian.
Ibu itu kembali berkata, "Anakku sayang, Allah itu sumber cahaya dalam hidup. Kita adalah lampunya. Ibadah yang kita lakukan menjadi kabel atau tali penghubungnya. Ibadah dapat menghubungkan antara Allah dengan manusia, tepatnya antara Allah dengan kita. Bila tidak mau beribadah, hidup kita akan gelap. Kita akan tersesat dan takkan berguna sedikit pun, seperti tak bergunanya lampu yang tak bercahaya."
Ibu itu melanjutkan, "Jadi, shalat, bersedekah, membaca Al-Qur'an, ataupun belajar adalah kabel yang akan menghubungkan kita dengan Allah."
Mendengar semua itu, sang anak tampak tertegun. Dalam hatinya timbul penyesalan akan sikapnya yang selalu menganggap remeh ibadah. Ia pun berkata, "Kalau begitu aku tidak akan meninggalkan shalat lagi dan akan membaca Al-Qur'an tanpa harus disuruh. Bu, maafkan saya ya!"

Deadline

Aaaaa……….!!!!
Paling gak suka sama yang namanya deadline….!
Betapa tersiksanya ngerjain tugas dengan waktu yang terbatas
Lha udah tau tersiksa koq diulangi terus! Itu sih gara-gara akunya aja yang gak bisa bagi waktu!
Huh… Soalnya Otak orang kan kapasitasnya beda2!
Dan otakku Cuma bisa mikir kalo udah kepepet… huhu.. T_T!
Meski kadang deadline juga bisa bikin bahagia sih? Koq??
ya! bahagia saat nyadar kalo kita mampu menyelesaikan tugas dalam waktu dan tempo jang sesingkat2nya!
“Meskipun rada amburadul, Ternyata aku bisa juga ya.. hehe”, sambil ketawa ketiwi rada sombong geto ngeliat laporan tutorial yang baru mulai dikerjakan tadi malem..
Tapi tetep aja… memaksa otak berpikir keras dan tubuh bergerak cepat dalam waktu yang dibatasi itu gak enak banget! berasa maen kejar-kejaran! Tapi ini yang capek fisik sekaligus batinnya.. huff..
Kenapa sih, semua harus ada deadline-nya???
Lho?? Pertanyaan aneh…
Ya jelas harus ada!!
Biar gak seenaknya menggunakan waktu (kaya’ aku!)
Kalo gak ada deadline mungkin kebanyakan orang akan milih ngabisin waktunya buat seneng2 doank…
Oh.. mungkin yang paling penting karena…
Hidup kita juga ada deadline-nya ya??
Waktu kita di dunia terbatas, so kudu dibagi-bagi untuk hal-hal penting lain yang juga harus dikerjakan..
Hmh… keberadaan deadline ternyata gak bisa diganggu gugat,
Berarti yang harus digugat adalah… otakku yang mikirnya lemot karena akunya yang males… hehe…
Hayoh, Smangadh!!

KISAH 3 PEMUDA DALAM GUA

Dari Nafi' diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada tiga orang dari umat sebelum kalian yang sedang mengadakan perjalanan. Tiba-tiba mereka ditimpa oleh hujan, maka mereka berteduh di dalam sebuah gua. (Tanpa disangka), gua tersebut menyekap mereka, (karena pintunya tertutup oleh sebuah batu besar). Maka ada sebagian dari mereka yang berkata kepada yang lain: "Demi Allah, tidak akan ada yang dapat menyelamatkan kalian kecuali sifat jujur (keikhlasan), oleh karenanya, saya harap agar masing-masing kalian berdo'a (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala) dengan perantara (wasilah) suatu amal yang dia yakin dikerjakan dengan penuh kejujuran (keikhlasan).

Seorang dari mereka berdo'a: "Ya Allah, Engkau tahu bahwa dulu aku punya seorang pekerja yang bekerja padaku dengan imbalan 3 gantang padi. Tapi, tiba-tiba dia pergi dan tidak mengambil upahnya. Kemudian aku ambil padi tersebut lalu aku tanam dan dari hasilnya aku belikan seekor sapi. Suatu saat, dia datang kepadaku untuk menagih upahnya. Aku katakan padanya, 'Pergilah ke sapi-sapi itu dan bawalah dia'. Dia balik berkata, 'Upahku yang ada padamu hanyalah 3 gantang padi'. Maka aku jawab, 'Ambillah sapi-sapi itu, sebab sapi-sapi itu hasil dari padi yang tiga gantang dulu'. Akhirnya dia ambil juga. (Ya Allah), bila Engkau tahu bahwa apa yang aku perbuat itu hanya karena aku takut kepadaMu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini)." Tiba-tiba batu besar (yang menutupi gua itu) bergeser.

Seorang lagi berdo'a: "Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku mempunyai bapak-ibu yang sudah tua. Setiap malam aku membawakan untuk keduanya susu dari kambingku. Suatu malam aku datang terlambat pada mereka. Aku datang kala mereka sudah tidur lelap. Saat itu, isteri dan anak-anakku berteriak kelaparan. Biasanya aku tidak memberi minum buat mereka sehingga kedua orang tuaku terlebih dahulu minum. Aku enggan membangunkan mereka, aku juga enggan meninggalkan mereka sementara mereka butuh minum susu tersebut. Maka, aku tunggu mereka (bangun) sampai fajar menyingsing. (Ya Allah), bila Engkau tahu bahwa hal tersebut aku kerjakan hanya karena takut padaMu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini). Tiba-tiba batu besar itu bergeser lagi.

Yang lain lagi juga berdo'a: "Ya Allah, Engkau tahu aku mempunyai saudari sepupu (puteri paman), dia adalah wanita yang paling aku cintai. Aku selalu menggoda dan membujuknya (berbuat dosa) tapi dia menolak. Hingga akhirnya aku memberinya (pinjaman) 100 dinar. (Jelasnya), dia memohon uang pinjaman dariku (karena dia sangat membutuhkan dan terpaksa), maka (aku jadikan hal itu sebagai hilah untuk mendapatkan kehormatannya). Maka aku datang kepadanya membawa uang tersebut lalu aku berikan kepadanya, akhirnya dia pun memberiku kesempatan untuk menjamah dirinya. Ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, 'Bertakwalah engkau kepada Allah, janganlah engkau merusak cincin kecuali dengan haknya'. Maka dengan segera aku berdiri dan keluar meninggalkan uang 100 dinar itu (untuknya). Ya Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang aku kerjakan itu hanya karena aku takut kepadaMu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini)". Tiba-tiba bergeserlah batu itu sekali lagi, dan Allah pun mengeluarkan mereka . (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Wortel, Telur, dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang.
Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru. Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya. Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?"
"Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak.
Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak.
Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?"
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
"Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya.
"Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.
Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.
Sabtu, 05 September 2009
Astaghfirullah….
Sungguh! Tidak ada satupun nikmat-Mu yang pantas kami dustakan Ya Rabb…
Ampuni hamba yang terlalu sering meminta lebih…
Terlalu sering meminta lebih, tapi tak pernah berbuat lebih untuk-Mu…
Rumah, 4 September 2009

Tausiyah Malam itu

Aku tidak tahu, apa yang ada di pikiranmu saat aku memberi tausiyah malam itu saudariku,,,
Apakah kau begitu memperhatikan dengan khidmat
Atau justru sebaliknya, kau enggan mendengarnya lagi..
Ah.. tapi tentu aku tidak berani berburuk sangka padamu saudariku..
Yang jelas, aku hanya melihatmu menunduk tanpa sedikitpun menatapku..
Aku mengerti, mungkin kau kecewa dengan keputusanku kemarin
Saat kau membaca surat pengunduran diriku itu…
Seandainya kau tau saudariku…
Aku pun sebenarnya sangat ingin…
Tapi syarat yang kau ajukan, mengharuskanku untuk mundur…
Saudariku, Semoga kau segera menyadari
Bahwa dimanapun dan seperti apapun ladangnya, benih dakwah tetap dapat tersemai dan tumbuh..

LURUSKAN AKU DENGAN BIJAKMU

Rabu, 05 Agustus 2009
NO TITLE 1# :LURUSKAN AKU DENGAN BIJAKMU
Bisakah kau bertutur sedikit lebih lembut ??
Mungkin dengan mengubah susunan kalimatmu, dan mengganti pilihan kata yang kau pakai
Jika menurutmu aku aneh dan sangat bertolak belakang denganmu, maka katakanlah aku unik…
Jika dalam pandanganmu aku bodoh, bahasakanlah itu agar terdengar “hm.. kamu harus belajar lebih banyak ya…”
Jika kau tahu aku kurang pandai mengelola emosi, pahamkan aku dengan nasihat menyejukkan tentang apa itu sabar..
Tidak..! kau tidak perlu mengubah makna kalimatmu… !
Dengan diksi yang berbeda, aku pun tetap mengerti maksudmu
Apa? Itu sulit bagimu? Ya! aku tahu kau tegas lagi apa adanya… apa yang kau katakan adalah gambaran hatimu… Baiklah.. aku mencoba mengerti itu…
Kalau begitu, aku hanya memintamu menurunkan sedikit nada suaramu, atau memberi jeda dalam setiap tutur yang kau ucap… setidaknya, memberiku sedikit waktu untuk mencerna kata-katamu…
Sebab beda kata, beda pula kesannya… Jangan salahkan jika aku justru tak kunjung berubah ketika kau ingatkan dengan cara lamamu itu…
Karena… jauh lebih sulit bagiku menangkap maksud kata-kata bernada tinggi yang tajam menusuk.. Hatiku harus menetralkan racunnya terlebih dahulu, baru otakku dapat memakannya. Malah, terkadang tidak semudah dan secepat itu.. aku juga harus merelakan pundit-pundi air dibalik kantung mataku berkurang jika hatiku tidak sanggup mencuci kata-katamu sendirian
Dan lagi.. bukankah Rabb-mu pernah berfirman lewat lisan Rasul-Nya? “Sesungguhnya lunak itu tidak terletak pada sesuatu melainkan menambah kebaikan, dan tidak tercabut dari sesuatu melainkan menambah keburukan..” **
Kau harus tahu.. aku wanita…
Perasaanku jauh lebih peka daripada akalku. Dia yang maju lebih dulu ketika aku melihat, mendengar, , berpikir, dan bertutur…
Sering aku berpikir pendek…
Tak hanya sekali aku bertindak sebelum menimbang akibatnya…
Kalau memang, ada sifatku yang tidak kau suka..
Jangan terburu menyalahkanku… jangan tergesa membenciku… jangan cepat-cepat kau patri sifat itu dalam hati dan pikirmu … Pasti ada sifat lainku yang kau sukai *
Daripada kau menyakitiku dengan mengungkitnya tiap kali aku membuatmu kesal, bagaimana jika kita memperbaikinya bersama??
Bukankah kita dibentuk oleh lingkungan yang berbeda??
Itulah mengapa kita harus saling bercermin…
Agar bisa saling merapikan jika ada yang masih terlihat berantakan
Aku wanita… yang tercipta dari rusuk yang bengkok
Jika kau paksa luruskan, aku patah… namun jika kau biarkan, aku akan tetap bengkok…**
Jika kau halus, aku akan jauh lebih lembut. Namun jika sebaliknya, maka lebih baik aku diam…
Sebab melawanmu sama saja aku melawan-Nya… tetap saja aku akan kalah baik didepanmu atau di depan-Nya, karena kedudukanku..
Bisa kan?? Bisa ya… kalau tidak bisa, maka …
Djogdja, 6 Agustus 2009
http://www.rizkieyania.blogspot.com
Footnote:
* Hadits Riwayat Muslim
** Hadits Riwayat Bukhari-Muslim
(Redaksi haditsnya bisa dilihat langsung di Riyadhus Shalihin Jilid 1)
Gosh! Mellow banget… Lagi belajar nulis nih… hihihihi…. :p kebetulan dapat idenya ini…
Pengen ketawa pas baca ulang… mellow banget….hahaha! Susah juga ternyata ngarang kata-kata melankolis… hihihi ^_^

PERTANYAAN YANG MEMBUKTIKAN CINTA

Senin, 03 Agustus 2009
Suatu malam.. saat saya sudah hampir menyelam di laut busa (kasurnya dari busa) ada sms masuk. Dari seorang sahabat. Dia bertanya:
“apa pertanyaan yang bisa membuktikan bahwa kita masih mencintai seseorang?” (cinta lawan jenis-red), kebetulan teman saya itu mempunyai pacar . Sebut saja, A
Hm… cinta?? Tema yang tidak cukup menarik buat saya sebenarnya, kala itu saya balas:
“gak tau ik.. aku belum pernah mengaplikasikan langsung pada orang.. hehe..”
Sesaat kemudian, sms-nya datang lagi, isinya jawaban dari A (ternyata pertanyaan tadi dia kirimkan juga ke A, dengan bahasa yang berbeda. Saya lupa apa, kalo gak salah gini: “ apa sih yang kamu suka dari aku?” ). Dan balasan A?:
“ aku mencintai sesuatu yang selalu ada pada kamu, dan aku yakin itu tidak akan hilang..”
Bangun cinta itu (saya lebih suka bangun daripada jatuh,hehe) kalo menurut saya ada alasannya. Bener gak? Or it just happened and we don’t even know why? Ah, kaya’nya gak deh..
Ya! Bukankah kita mencintai seseorang karena ada sesuatu yang kita suka darinya. Jika itu hilang, Masihkah kau mencintaiku?? hehe, kaya’ judul acara reality show aja!
Seperti misalnya, kita suka pada seseorang karena dia gak merokok. Eh, pada lain kesempatan, kita baru tahu kalo ternyata orang itu adalah perokok berat, pecandu pula (misalnya lho..) . “Ih, koq ternyata dia kaya’ gitu yaa..??” ekspresi rasa kecewa itu pasti muncul…
Jika sesuatu yang kita sukai itu hilang, Mungkin rasa cinta itu juga akan berkurang. Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari jawaban A tadi??
Cintailah sesuatu yang tidak mudah hilang dari pasangan kita… (Oh iya.. pasangan disini maksudnya jodoh, bukan pacar.. karena pacar kita belum tentu jodoh kita. Oh iya lagi.. kalo dalam Islam yang menghalalkan pacaran itu akad nikah.. ayo, yang pada punya yayang, pacarannya habis nikah aja, oke! Hehe)
Tentu bukan hal-hal yang menyangkut materi atau fisik. Lho, emang gak boleh??
Ya gak gitu… boleh-boleh aja. Siapa tho, yang gak pengen dapet pasangan yang selain baik hati, ramah, dan tidak sombong, tapi juga good looking dan mapan? Tidak perlu membohongi diri sendiri… Itu wajar, itu lumrah, itu fitrah!
Tapi kalo kita hanya melihat dan mencari dengan menitikberatkan itu saja… ya.. mungkin gak akan bertahan lama.. Hal-hal dunia bisa lebih cepat hilang, bahkan sebelum kita meninggalkan dunia itu sendiri, bukan?
Maka, apa yang Rasulullaah saw. Perintahkan untuk kita utamakan dari kriteria yang biasanya dicari orang?? Fisik? Harta? Kedudukan? Bukan…!
Fisik yang dibanggakan akan habis dimakan usia
Harta yang diandalkan sangat mungkin Allah ambil lagi sebelum kita sempat menikmatinya..
Keturunan? Tidak berarti apa-apa kalo akhlak diri sendiri tercela
“maka pilihlah yang bagus agamanya. Jika tidak, berdebu tanganmu (celaka/menyesal- red) ” begitu bunyi akhir sabda beliau saw. yang diriwayatkan Imam Bukhari
Kenapa? Karena memilih yang baik agamanya, itu berarti tanggung jawab, setia, pengertian, menjaga harta dan kehormatan, saling percaya, menerima apa adanya, dan hal-hal lain yang kita anggap penting dalam pernikahan sudah tercakup di dalamnya. Islam sudah merinci dengan detail masing-masing hak dan kewajiban pasangan..
(Hm.. bolehlah kapan-kapan kita diskusi lebih lanjut soal ini, oke?? Hehe)
Ingin cinta tahan lama?? Cintailah sesuatu, yang dalam keadaan apapun, akan tetap ada pada pasangan kita.. dan kita yakin bahwa cukup dengan itu saja, kita akan bahagia… apa itu?? Silahkan simpulkan sendiri… ^_^

MARAH NIH!!

Minggu, 02 Agustus 2009
Have u ever been angry?? Have u ever? Ever have u? hehe…
Pernah marah?? haha.. pertanyaan retoris..! setiap orang pasti pernah.. yang paling sabar sekalipun! Atau, meski dalam hati sekalipun!
Kenapa marah?? banyak alasan... yang paling sering mungkin dikecewakan orang atau keadaan...
termasuk juga ketika ada kata-kata yang menyakiti hati kita..
"kata-kata itu lebih tajam dari seribu pedang" , begitu kata sebuah buku. hanya karena kata, bisa jadi dua orang yang tadinya bersahabat menjadi musuh yang saling serang... bisa jadi dua orang yang tadinya saling menyayangi menjadi saling benci dan menjatuhkan..
terlebih, mungkin sudah jadi watak manusia yang "lebih mudah mengingat kejahatan yang dilakukan orang lain terhadapnya daripada mengingat kebaikannya"
may be that's why, terbit pepatah "kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah" atau juga ada hadits tentang wanti-wanti Rasulullah kepada kaum wanita agar tidak mengkufuri kebaikan suaminya… “Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mereka mendapatkan perlakuan buruk darimu, niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”(HR. Bukhari Muslim) itu penggalan haditsnya…
hanya karena kesalahan yang sangat sepele dan kebetulan itu menyentuh area sensitif di perasaan kita.. lupa sudah dengan semua kebaikan yang pernah kita dapat...!
sering kan, bertengkar dengan sahabat atau teman sendiri hanya karena salah ngomong?? Padahal jalinan ukhuwah mungkin sudah dalam hitungan tahun…
atau kalo gak, mungkin pernah juga kita sakit hati, trus nyari-nyari alas an untuk membela diri plus marah-marah ke orang yang ngritik kita.. meskipun itu benar.. Yap, manusia juga lebih mudah mencari-cari kesalahan orang daripada menyadari kekurangan diri sendiri yang seabreg..
Then, apa yang biasanya dilakukan orang kalo sakit hati?? Hm.. yang paling sering ya membalas dengan perlakuan yang sama pada saat itu juga…
Gasp!! Itu wajar banget..! kayaknya emang udah naluri manusia (terutama wanita.. hihi ^^) untuk berbuat seperti itu.. tapi,, apakah itu yang terbaik?? Kaya’nya justru itu yang menerbitkan masalah berikutnya…
Maka benarlah jika Rasulullaah mengajarkan… “Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah. “ Selain itu juga disuruh berwudhu, baca ta’awudz, dan diam…
Intinya adalah.. disuruh tenang dulu… karena seringkali ketika marah akal jadi tertutup.. (kaya’ orang mabok kali, ya) dan bisa melakukan hal-hal yang menyebabkan kita menyesal pada akhirnya… “ Think twice think wise”, right??
Trus, apalagi?? Forgive.. then forget! Maafkan… Lupakan.. ! bahkan kalo perlu balas dengan kebaikan… “mendadak orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi sahabat karib.. “ begitu bunyi firman Allah di Q.S 41: 34
“tapi kita kelihatan kalah donk… lagian aku gak terima digituin!! ” ya.. ya.. ya..! saya mengerti sekali bahwa tiap orang akan berusaha mempertahankan harga dirinya..
Tapi.. Bodo amat… ! Biar aja kalah… tapi di mata Allah, we are d’ real winner… ! menang karena mampu menahan hawa nafsu meskipun sebenarnya kita sangat berhak untuk marah… hehe
Susah?? Bangeedh… !!
Makanya bunyi ayat 35 dari Q.S 41 tadi adalah “ sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar… “
“Dan tiada orang yang mendapat karunia Allah yang lebih baik daripada kesabaran..” begitu bunyi sabda Nabi saw. Yang lain yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim…
“Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu memuaskannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk, kemudian disuruh memilih bidadari sekehendaknya” (HR. Abu Dawu, Tirmidzi)
Ck..ck..ck.. beruntunglah kalian wahai orang-orang yang punya sifat dasar sabar.. (hiks.. jadi ngiri.. T_T)
Masih susah?? Hm.. inget2 aja hadits-hadits Nabi tentang sabar dan marah… Insya Allah bisa menguatkan..
Aku jadi inget nasihat seorang ustadz di sebuah kajian.. “ kalo ada yang marah atau ngata2in kita.. diem aja… kalo diem, kamu dapat pahala… tapi kalo kamu bales…kamu ikutan dosa… buang2 tenaga pula! “ dan jangan lupa.. setiap kata yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak…
Kalo boleh ngedit lagunya heal the world-nya jacko, jadi gini: “heal the heart… /make it a better place../ for you and for me and the entire human race../ there are.. people crying,,, /if you always show your emotion (when u angry, red-)/ make it a better place for you and for me..” hehehehe
Mau surga?? Sabaaar…. ^^
NB: Hm.. yang menulis ini tidak lebih baik daripada yang membaca.. mohon diingatkan selalu.. ^^

Mandi Sehat, Mandi Segar.

Jumat, 05 Juni 2009
Menurut penelitian terbaru, mandi ternyata tidak hanya baik untuk membersihkan kotoran dan menjauhkan stress, tetapi juga memiliki peranan penting meningkatkan sistem imun. Sebuah studi yang diterbitkan The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa penderita diabetes yang menghabiskan hanya setengah jam berendam dalam bak air hangat mampu menurunkan tingkat gula darah sekitar 13 %.
Penelitian terpisah di Jepang menunjukkan bahwa 10 menit berendam dalam air hangat mampu memperbaiki kesehatan jantung baik pria maupun wanita, membantu mereka menjalani treadmill test dengan lebih baik dan mengurangi rasa sakit. Tak heran, di musim dingin sekalipun, justru masyarakat Jepang memanfaatkan air yang nyaris beku untuk mandi. Caranya? Dengan menceburkan diri. Data penelitian di atas, serta tingginya angka harapan hidup pada masyarakat Jepang jelas memberikan kesan tersendiri.
Trus gimana biar mandi bisa benar-benar memberikan efek yang bermanfaat bagi tubuh. Mandi yang efektif, tergantung dari efek mana yang dibutuhkan oleh tubuh. Apa aja? :
1. Mandi air dingin di pagi hari. temperature yang dianjurkan sekitar 12-18ยบC. Mandi air dingin sangat baik meredakan ketegangan(stress) dan dapat meningkatkan gula darah. Inilah alasan kenapa orang Jepang memilih mandi dengan air dingin di pagi hari, meski tersedia pilihan menggunakan air hangat. Energy yang diperlukan seharian untuk siap menempuh ketegangan hari itu menjadi jawabannya. Alasan serupa menjadi jawaban kenapa mandi sebelum subuh (atau dalam rentang berhawa dingin)dapat menyegarkan.
2. Mandi air hangat di sore hari. sebaliknya, mandi air hangat sekitar 32-35ยบC membuka pori-pori yang dapat mengeluarkan toksin. Mandi air hangat juga dapat membantu menurunkan gula darah, menyembuhkan sakit otot, dan membantu menjaga usus besar bekerja dengan baik. Mandi seperti ini dipilih setelah selesai beraktivitas pada sore hari, mengingat banyaknya zat racun yang telah terserap seharian.
Islam ternyata juga menyebutkan soal mandi ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a (Subhanallaah….) Rasulullah saw. Bersabda: “Haq setiap muslim adalah mandi (paling sedikit sekali) dalam tujuh hari dan membersihkan kepala dan badannya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagi seorang Muslim, mandi merupakan salah satu bentuk syukur, terlebih lagi di negara yang masih dikaruniakan-Nya air melimpah seperti Indonesia ini. Nah, karena manfaatnya besar untuk tubuh, sobat-sobat yang masih punya kebiasaan gak mandi, mulai sekarang biasakanlah mandi dengan rutin, ok! 
“Maka gemericiklah air mancur Damaskus dalam
kesucian Thaharah, ketika para “bangsawan” di London
menganggap mandi adalah aktivitas berbahaya…”
(Salim A. Fillah)

Sumber: Super Health-Egha Zainur Ramadhani

hukum Lewat di depan orang shalat

Mungkin sebagian di antara kita masih ada yang ragu tentang boleh tidaknya lewat di depan orang sholat. Sebagian orang malah beranggapan lebih baik lewat di depan orang sholat daripada lewat di depan orang yang sedang berdzikir. Hehe… padahal kebalik ni… Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Jahm, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika orang yang berjalan di hadapan orang yang sedang shalat mengetahui dosa yang ditanggungnya, niscaya berdiri 40 baginya adalah lebih baik daripada berjalan di hadapan orang shalat.” (HR. Bukhari)
Abu An-Nadhr berkata: “Aku tidak mengetahui, apakah beliau mengatakan, ’40 hari, 40 bulan, atau 40 tahun’
Wah, ternyata gak main-main sobat! berdiri selama 40 itu lebih baik daripada lewat di hadapan orang shalat! Dan Rasulullaah tidak memberikan keterangan lebih lanjut, bisa jadi 40 hari, 40 bulan, atau 40 tahun.
Jadi sekarang kita harus lebih hati-hati kalo shalat di tempat umum. Perhatikan dulu ketika akan lewat di depan orang, dia sedang shalat atau tidak. Kalo iya, sebaiknya ditunggu dulu sampai selesai atau ambil jalan lain.
Begitupun dengan yang shalat, sebaiknya tidak di tengah-tengah jalan sehingga menghalangi orang yang mau lewat. Rasulullah bahkan memerintahkan untuk membuat sutroh (sesuatu yang dijadikan sebagai penghalang, apa pun bentuk/jenisnya), gunanya untuk mencegah orang lewat di hadapannya.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw. Bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia meletakkan sesuatu dihadapannya. Kalau tidak ada, hendaklah ia tancapkan tongkat; dan kalau ia tidak membawa tongkat, maka garislah sebuah garis, maka tidak akan mengganggunya (shalatnya-pen) binatang yang lewat di depannya” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah) dan disahkan oleh Ibnu Hibban, hadits hasan
Wallaahua a’lam

KEAJAIBAN YANG TAKKAN SIRNA

Jumat, 15 Mei 2009
Waktu berlalu, hari pun berlalu. Perlahan, rasa percaya diri memegang syari’at ilahi melepaskan cengkeramannya dari hati kita. Memudar menjadi samar meski kita pernah yakin dan percaya, bahwa inilah kebenaran itu. Bahkan sakitnya hinaan, caci maki, tekanan psikis, atau siksaan ragawi mungkin pernah kita lalui. Lengkap dengan harga diri yang tak pernah jua meninggi.
Tapi, kesepian dan kesendirian seringkali bukan keadaan yang kita inginkan, meski hari ini ia bahkan menjadi semacam keniscayaan. Dalam banyak kasus, ia bisa sangat mengerikan, dan juga bisa meluluhlantakkan bangunan iman yang dengan susah payah kita coba pertahankan, untuk kemudian larut bersama kebenaran semu bernama “penerimaan” khalayak banyak atas berbagai keyakinan mereka yang palsu. Atau, bisakah ia disebut keyakinan jika landasannya adalah buah pikiran dan sintesa pendapat para manusia tanpa iman yang hanya pintar berdebat? Mencari kenyamanan batin dengan bersandar pada komentar-komentar pilihan nafsu meski berbaju logika ilmiah yang saling menguatkan. Sungguh, ia adalah kenyamanan menggelisahkan meski tampak indah dan megah. Sebab hakikatnya, mereka sendiri berada di atas jurang keraguan atasnya.
Bisakah kita merasa nyaman dalam kesendirian…? Tidak lagi bersedih karena telah “terpilih”? sebab sesungguhnya kalbu kita mengenali, merasai, dan meyakini kebenaran seperti mata yang melihat sinar matahari pagi. Ketika itulah, ia tidak lagi membutuhkan persetujuan orang lain akan kebenaran. Sebab sinarnya yang menyentuh kulit, memberi sensasi rasa yang berbeda dengan cahaya-cahaya lain meski kadang tampak serupa. Yang karenanya, kita yakin, inilah sinar matahari, bukan yang lain. Tidak penting lagi mereka akan menerima atau bahkan tertawa.
Syariat Allah adalah serupa taman wangi bunga dengan buah-buahan ranum yang mengenyangkan jiwa dan akal. Sinarnya seterang hari siang yang memberi petunjuk dalam kelurusan tanpa kebengkokan. Lihatlah! Jejak-jejaknya amat jelas, garis-garisnya amat tegas. Ia menyentuh ruhani, melezatkan jiwa, serta menghidupkan ruh. Karenanya telinga tidak lagi tuli, mata tak lagi buta, kaki tak lagi lumpuh, dan hati tak lagi mati. Airnya tawar dan segar, menyejukkan dahaga jiwa yang kering kerontang. Rasa inilah yang memberi tenaga untuk memperjuangkannya, sebab ia memang berbeda dengan selainnya. Ia adalah keajaiban yang takkan sirna. Rahmat Sang Maha Kuasa yang dihadiahkan kepada kita. Hingga, melawannya adalah kesia-siaan yang hanya membuat malu dan hina… wallahu a’lam
Artikel yang menurutku bagus ini ada di halaman terakhir bulletin mungil ukuran ¼ folio terbitan Rohis Fakultas edisi Rabiul awwal 1429 H (wey… udah lama juga ya?) dalam rubrik muhasabah. aku gak tau, ni artikel ngambil dari buku, internet, atau malah hasil karya salah satu anak syiar Rohis fakultas itu sendiri, tapi yang jelas, rasanya bagus juga kalo aku “bagikan” ke teman-teman yang tidak bertemu langsung dengan bulletin itu sebagai penyemangat untuk tetap menjaga ruhiyah . So, semoga bermanfaat.. ^_^