Lilin Kepercayaan

Sabtu, 05 November 2011
“Kepercayaan ibarat lilin… ia akan tetap menyala setelah dibakar, tapi setiap itu pula panjangnya akan berkurang… sampai ia benar-benar habis dan tak bisa menyala lagi…”

Begitu bunyi perumpamaan dadakan di suatu smsku ke salah seorang teman.. kenapa lilin?? Gak tau ya… kebetulan waktu itu lagi kepikiran lilin aja… jadilah analoginya pake lilin… hehehe.. maksa banget..

Ya, tiap kali kepercayaan itu dikhianati, tiap itu pula kadarnya akan berkurang.
Ketika menghilangkan, merusakkan, atau terlalu lama meminjam barang teman… jangan tersinggung jika dia harus berpikir dua kali untuk meminjamkan barangnya lagi karena predikat ceroboh telah kita raih dengan sukses!
Jangan marah! Ketika cap manusia tela(t)dan itu kita dapatkan karena seringkali tidak on time pada suatu janji… (aduh, kesindir nih..)
Jangan sakit hati… jika orang-orang tidak mau lagi berbagi dengan kita, karena terlalu seringnya kita membocorkan rahasia teman.. meskipun tidak sengaja…
Jangan salahkan… apabila kita dianugerahi penghargaan sebagai tukang bohong, karena acapkali berucap dusta dan mencari-cari alasan…
Jangan marah, jangan dendam, jangan sakit hati…
Tidak dipercaya memang menyakitkan, tapi jangan buru-buru menyalahkan orang lain … Image itu, bisa jadi kita sendiri yang mencipta…
Memang, Semua manusia bisa tersalah, sehingga ada peluang keindahan dengan memaafkan. Tapi, jangan lupa! Kepercayaan yang kedua, ketiga, dan seterusnya… imbal baliknya tidak cukup dengan permintaan maaf, karena... ia juga menuntut sebuah proses perbaikan…
Kamar kos, 16 Mei 2009

0 komentar:

Posting Komentar