Melarung Cinta Lalu

Sabtu, 02 Februari 2013

Mengetahui bahwa kau bukanlah (lagi) yang terpenting bagi seseorang, memang menyakitkan. Tapi jutsru itulah alasan yang sangat cukup untuk membuatmu sadar, bahwa kau harus melanjutkan hidupmu lagi, seperti laiknya orang normal. Memandang segalanya dengan lebih objektif. Berusaha lagi, untuk meraih harapan lain yang kau tahu pasti, peluangmu untuk meraihnya sama besarnya dengan peluangmu untuk kehilangannya.
Bukan lagi harapan-harapan semu yang menyakitkan, karena kau tafsirkan atas asumsimu sendiri. Harapan semu yang tampak tak pernah memberimu kepastian, karena kecenderungan  membuatmu timpang memandang peluangnya. Sebab kau selalu sigap ingin memiliki, tapi malas melatih hati untuk kehilangan.

Dia sudah move on darimu. Bahagia dengan seseorang lain disana, yang tentu saja, itu bukan kamu.
Lalu kau masih disitu? Jalan di tempat meratapi kesedihan yang itu-itu lagi?
Mungkin kariermu lebih cemerlang dari sebelumnya, prestasimu luar biasa mengagumkan dari biasanya.
Aku maklum. Dengan seluruh energi kebencian, sakit hati, penyesalan, kesedihan, keinginan untuk melupakan, dan entah apalagi, mudah saja kau kerahkan seluruh waktumu untuk bekerja, berusaha tidak memberi ruang untuk waktu luang, menghampirimu dengan kenangan menyakitkan masa lalu itu.
Tapi hatimu? Ah, hatimu tidak bergerak sejengkalpun…
Tetap diam disitu. Dengan memori yang sama milik beberapa tahun silam.
Tiap kali otakmu berusaha mengingatkan agar kau segera pulih, kau  gegas-gegas memberi alasan bahwa hal-perihal cinta tidak pernah masuk di akal. Irasional. Tidak butuh penjelasan.
Kau bisa saja terus-menerus membiarkan dirimu tampak menyedihkan. Lalu membuatnya merasa bersalah dengan melimpahkan kesalahan, bahwa itu semua adalah karenanya.
Tapi apa  yang kau harapkan darinya? Apa yang bisa dia lakukan untukmu sekarang? Memintanya datang lagi padamu? Berusaha meyakinkan lagi bahwa kau adalah yang terbaik untuknya?
Bahagiakah kau dengan cinta yang dipaksakan?
Bahagiakah kau dengan merebut kebahagiaan orang lain?
Cinta itu demikian adanya, sayang… dia hanya sebuah hal yang memberi kebebasan bagi perasanya untuk menafsirkan cinta dengan persepsi mereka masing-masing. Dan tiap tafsir, akan sangat mempengaruhi bagaimana kau memperlakukan cinta kemudian.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat luka itu akan kembali menganga. Kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut**
Jika kau terjemahkan cinta adalah sebuah rasionalitas sempurna, maka sesakit apapun pengalaman itu, kau tidak akan dengan mudahnya membiarkan hatimu untuk merasa luka terus-menerus.
Lepaskan, sayang… , jangan lupakan…! Karena itu akan membuatmu semakin sakit…
Berdamailah…! Berdamailah dengan hatimu.
Berdamailah agar bahagianya juga menjadi bagian dari bahagiamu. Sama seperti yang selama ini selalu dia harapkan untukmu. Agar kau pun segera bahagia, meski bukan dengannya.
Beri kesempatan bagi cinta-cinta lain yang akan datang mengetuk hatimu.
Seperti kau tahu ambang kesedihan tiap orang selalu berbeda, maka kaulah yang sebenarnya mengatur hatimu untuk merasa sedih, sakit, atau luka.
Bahagiamu tidak ditentukan oleh siapapun. Kau yang bertanggung jawab atas kebahagiaanmu sendiri.

Kau tak perlu mencarinya hingga jauh kemana. Karena bahagia itu dekat.
Ada di setiap hati yang selalu merasa cukup dengan pemberian-Nya. Ridho dengan semua yang  ditakdirkan-Nya untukmu. Berbaik sangka dan percaya bahwa apa yang Dia beri untukmu selalu yang terbaik. Lalu berterima kasih pada-Nya, dan menunggu dengan sabar kebaikan-kebaikan itu mewujud, satu demi satu.
Ada banyak hal ghaib yang tidak pernah kau tahu. Masa depanmu. Bahkan 24 jam dari sekarang? Tahukah kau apa yang akan terjadi?
Mungkin saat ini kau masih rajin bertanya “Kenapa??”
Tapi kelak, ada masanya kau akan bersyukur, mengapa tidak semua do’a-do’amu dikabulkan oleh-Nya.. :)
Menyembuhlah! Tak ada pilihan lain kecuali kau harus terus melanjutkan hidup.

Ruang renung, 3/2/2013
**Tere Liye-Sepotong Hati yang Baru
NB: Panggilan sayang, ga definitif lho... Untuk semua orang yang hatinya sedang sakit, dan butuh dukungan untuk segera hidup kembali :)