Mungkin kita memang harus belajar menghargai yang biasa...
Mata yang biasa melihat, gigi yang biasa mengunyah, udara
yang biasa terhirup, air yang biasa menyegarkan, tangan-kaki yang biasa
menjalankan masing-masing fungsinya, sahabat yang biasa selalu ada, istri yang
biasa melayani, suami yang biasa melindungi dan dijadikan tumpuan, atau bahkan orang
tua kita yang biasa memberikan kasih sayang dan perhatiannya...
Bukan karena itu semua adalah hal-hal yang biasa2 saja,
tapi saking terbiasanya kita mendapat dan menikmatinya, rasanya yang kemudian
menjadi biasa-biasa saja.
(Gak heran kalo rumput tetangga kelihatan lebih hijau,
soalnya ga biasa kita lihat sih.. :p)
Padahal sebenarnya, ketika hal-hal tadi hilang dari
kita, baru akan terasa,
betapa luar biasanya nikmat-nikmat Allah yang sering kita anggap remeh itu...
betapa luar biasanya nikmat-nikmat Allah yang sering kita anggap remeh itu...
Termasuk, orang tua, mungkin?
Semoga kita tidak termasuk orang yang disebut Rasulullah
saw. rugi 3x lipat, diberi kesempatan emas membersamai
orang tua kita hingga hari tuanya, namun karena kurangnya bakti kita, atau
kedurhakaan yang terlampau sering kita lakukan, membuat kita tidak bisa masuk
surga... *
- Ruang Renung, 29/4/12-
*Hadits Riwayat Muslim:
Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
"Sungguh sangat merugi!" (Beliau mengucapkannya
sampai tiga kali). Para sahabat bertanya, "Siapakah yang merugi itu wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang menjumpai kedua orang
tuanya atau salah satu dari keduanya ketika tua, akan tetapi tidaklah
menjadikan ia masuk surga.
(HR.Muslim)