MENJADI DIRIKU

Selasa, 15 Desember 2009
Kita cenderung ingin diterima di lingkungan, wajar jika kemudian kita beradaptasi, mencoba melazimi komunitas, mencoba melakukan hal-hal yang komunitas sukai.
Tapi bagi saya, yang ternyaman tetaplah menjadi diri sendiri. Karena setiap orang berhak memperjuangkan idealisme, pendapat, pemikiran yang dia yakini (asal gak melanggar batas2 syar’i lho..). Tak harus sama dengan orang lain, tak harus mengikuti pendapat kebanyakan orang. Adaptasi adalah keniscayaan, setiap orang selalu berusaha menyesuaikan diri di tempat yang berbeda, tapi tak perlu sampai mengorbankan prinsip! Berbaur tak harus lebur…
Dengan menjadi diri sendiri, secara tak sadar kita menyeleksi, siapa sahabat sejati sebenarnya. Mereka orang-orang yang tetap bertahan membersamai kita meskipun tahu bahwa diri kita ternyata penuh noda dan karat, tak sebening saat berkenalan pertama kali, ketika hanya kebaikan-kebaikan saja yang kita tampakkan.

*******
Kita kadang mengagumi pribadi seseorang, adalah hal yang dimaklumi ketika kita ingin menjadi seperti mereka.
Tapi bagi saya, yang ternyaman tetaplah menjadi diri sendiri. Dengan itu, berarti kita mensyukuri kelebihan yang Allah berikan, jujur mengakui kekurangan diri sendiri, dan lapang menerima kelebihan yang Allah karuniakan kepada orang lain.
Bukan berarti tak boleh meneladani seseorang, tapi lakukan itu sesuai dengan kapasitas yang kita miliki, tak harus sampai merubah jati diri. Karena suatu saat, ada masanya kita akan jenuh bersandiwara, ada saatnya kita tidak sanggup lagi meniru, ada waktunya kita akan rindu bersikap “apa adanya” seperti diri kita yang dulu.

Tiap orang punya perannya sendiri-sendiri, karena Allah karuniakan kelebihan yang berbeda. Agar kita dapat belajar tentang arti sabar, syukur, menghargai, menolong, melengkapi, agar tak ada alasan untuk menyombongkan diri…
Ibarat pohon, dia tak dapat tumbuh tanpa akar, tak bisa kokoh tanpa batang, tak cukup kuat tanpa ranting, tak begitu berarti tanpa buah, dan tak akan meneduhkan tanpa daun. Setiap bagiannya berarti, saling melengkapi, saling menutupi kekurangan satu sama lain.

Daripada terus melihat ke atas dan tak pernah puas, kenapa tak mencoba untuk memaksimalkan apa yang kita miliki? Agar menjadi seperti apapun kita, setiap orang tetap dapat merasakan manfaatnya…

Kamar kos, 3 November 2009


Tulisan iseng pertama setelah sekian lama gak nulis…. meskipun gak jelas, gak nyambung, gak asyik, dan gak wokey (eh, qo malah nyela2 tulisan sendiri!? :p), tapi legaa….!! Se-nggaknya beberapa beban yang sempat ‘nemplok’ di otak bisa keluar juga… ^_^